SOSOK,teropongdesa.com - Ibu Guru Rohaini yang akrab dipanggil Ibu Roh yang lahir pada tahun 31 Maret 1969 dari pasangan Haji Samak ( 75 ) dan Ibu Masri ( Masri Alm )disebuah desa terpencil dibagian selatan lombok Timur ,tepatnya didesa Lepak,Kecamatan Sakra Timur ,Kabupaten Lombok Timur ,ia menikah pada tahun 1985 dengan seorang peria bernama Sarkan, yang melahirkan dua orang putra yang sehat.
Mengawali cerita awal karirnya menjadi sorang pendidik kepada media ini diruangannya Jum'at 25/11 ,ibu Roh mengaku semasa kecilnya tidak pernah bercita-cita menjadi sorang pendidik meski orang tuanya berharap dirinya akan melanjutkan jejak orang tuanya yang seorang guru juga,namun seiring waktu berjalan dengan jenjang pendidikan yang diawali pada tahun 1967 di Sekolah Dasar ( SD ) 01 Lepak kemudian melanjutkan ke Sekolah Kepandaian Putri ( SKP ) pada tahun 1973, berhubung mengenyam pendidikan di SKP adalah kemauan orang tuanyax,iapun hanya bertahan selama satu tahun dan pindah ke Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Sakra dan melanjutkan ke Sekolah Pegawai Guru ( SPG ) pada tahun 1981.
Lulus dari SPG adalah awal pengabdiannya menjadi seorang guru,saat itu umurnya baru 20 tahun dan beruntungnya pada tahun 1982 ia diangkat penjadi Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) dan mengajar disebuah sekolah pelosok diDusun Monjet,Desa Rensing kecamtan Sakra,untuk mencapai lokasi sekolah tersebut ,digambarkannya,medan yang dilalui cukup menantang ,bahkan ia mengaku sering terjatuh dari pematang sawah dalam perjalannya menuju lokasi sekolah ,meski demikian,diakuinya profesi ini semakin ia cintai.
Dengan hari Guru Nasional yang biasa dirayakan setiap tanggal 25 November,berdasarkan rangkaian prestasi dari anak binaanya serta dedikasi yang tinggi dalam dunia pendidikan,menjadikan beliau sosok yang layak diberikan penghargaan ,meski,anak sulung dari delapan bersaudara ini tidak menjadi inspirasi penulisan cerita pejuang pendidikan seperti Ibu Muslimah di "Laskar pelangai" yang bukunya menjadi best saller dan perjuangannya diangkat kelayar lebar.
Namun perjuangannya dalam dunia pendidikan baik dalam bidang akademik maupun nonakademik begitu membekas dikalangan anak binaannya.
Di setiap sekolah tempatnya mengabdi,ia berusaha meninggalkan jejak-jejak prestasi untuk Siswa/wi-nya baik dibidang akademik maupun nonakademik,bahkan saat dirinya mengajar di SD 01 Lepak ,dengan keuletannya dalam membimbing anak didiknya ,pada tahun ajaran 2008-2009 siswa/wi binaan ibu Roh meraih nilai tertinggi ditingkat provinsi ,namun prestasi yang diraih anak didiknya saat itu diragukan oleh sekolah-sekolah elit perkotaan,bahkan Dinas Pendidikan dan Olah Raga ( DIKPORA ) Kabupaten Lombok Timur ( LOTIM ) dan Provinsi turut serta meragukan kemampuan mereka,namun keraguan merekapun mampu dimentahkan dengan nilai Ujian Nasional ( UN ) tertinggi tiga tahun berturut-turut.
Kendati awal karirnya Ibu dua anak ini digaji 25.000 rupiah ,namun atas dasar keperihatian serta darah guru yang mengalir ditubuhnya membuat ia mampu melakukan banyak hal ,termasuk bagaimana memperjuangkan kebahagian,kemiskinan serta keterbatasan pasilitas bukanlah halangan untuk berprestasi.
Harapan yang begitu besar agar anak kampung juga bisa berprestasi ,kini membuahkan hasil ,namun,dikatakannya,seorang guru itu harus berdasarkan pangilan jiwa,karena untuk menjadikan anak didik kita berprestasi ,tidak mesti kita harus pintar untuk mengenalkan mereka tentang kehidupan ,namun perlu juga kita bersikap bijaksana dalam menghadapi keinginan para murid.(Kim)
Mengawali cerita awal karirnya menjadi sorang pendidik kepada media ini diruangannya Jum'at 25/11 ,ibu Roh mengaku semasa kecilnya tidak pernah bercita-cita menjadi sorang pendidik meski orang tuanya berharap dirinya akan melanjutkan jejak orang tuanya yang seorang guru juga,namun seiring waktu berjalan dengan jenjang pendidikan yang diawali pada tahun 1967 di Sekolah Dasar ( SD ) 01 Lepak kemudian melanjutkan ke Sekolah Kepandaian Putri ( SKP ) pada tahun 1973, berhubung mengenyam pendidikan di SKP adalah kemauan orang tuanyax,iapun hanya bertahan selama satu tahun dan pindah ke Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Sakra dan melanjutkan ke Sekolah Pegawai Guru ( SPG ) pada tahun 1981.
Lulus dari SPG adalah awal pengabdiannya menjadi seorang guru,saat itu umurnya baru 20 tahun dan beruntungnya pada tahun 1982 ia diangkat penjadi Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) dan mengajar disebuah sekolah pelosok diDusun Monjet,Desa Rensing kecamtan Sakra,untuk mencapai lokasi sekolah tersebut ,digambarkannya,medan yang dilalui cukup menantang ,bahkan ia mengaku sering terjatuh dari pematang sawah dalam perjalannya menuju lokasi sekolah ,meski demikian,diakuinya profesi ini semakin ia cintai.
Dengan hari Guru Nasional yang biasa dirayakan setiap tanggal 25 November,berdasarkan rangkaian prestasi dari anak binaanya serta dedikasi yang tinggi dalam dunia pendidikan,menjadikan beliau sosok yang layak diberikan penghargaan ,meski,anak sulung dari delapan bersaudara ini tidak menjadi inspirasi penulisan cerita pejuang pendidikan seperti Ibu Muslimah di "Laskar pelangai" yang bukunya menjadi best saller dan perjuangannya diangkat kelayar lebar.
Namun perjuangannya dalam dunia pendidikan baik dalam bidang akademik maupun nonakademik begitu membekas dikalangan anak binaannya.
Di setiap sekolah tempatnya mengabdi,ia berusaha meninggalkan jejak-jejak prestasi untuk Siswa/wi-nya baik dibidang akademik maupun nonakademik,bahkan saat dirinya mengajar di SD 01 Lepak ,dengan keuletannya dalam membimbing anak didiknya ,pada tahun ajaran 2008-2009 siswa/wi binaan ibu Roh meraih nilai tertinggi ditingkat provinsi ,namun prestasi yang diraih anak didiknya saat itu diragukan oleh sekolah-sekolah elit perkotaan,bahkan Dinas Pendidikan dan Olah Raga ( DIKPORA ) Kabupaten Lombok Timur ( LOTIM ) dan Provinsi turut serta meragukan kemampuan mereka,namun keraguan merekapun mampu dimentahkan dengan nilai Ujian Nasional ( UN ) tertinggi tiga tahun berturut-turut.
Kendati awal karirnya Ibu dua anak ini digaji 25.000 rupiah ,namun atas dasar keperihatian serta darah guru yang mengalir ditubuhnya membuat ia mampu melakukan banyak hal ,termasuk bagaimana memperjuangkan kebahagian,kemiskinan serta keterbatasan pasilitas bukanlah halangan untuk berprestasi.
Harapan yang begitu besar agar anak kampung juga bisa berprestasi ,kini membuahkan hasil ,namun,dikatakannya,seorang guru itu harus berdasarkan pangilan jiwa,karena untuk menjadikan anak didik kita berprestasi ,tidak mesti kita harus pintar untuk mengenalkan mereka tentang kehidupan ,namun perlu juga kita bersikap bijaksana dalam menghadapi keinginan para murid.(Kim)